Berada di bawah kedua telapak kaki kita sesuatu itu yang telah menjadikan kita tetap dapat berjalan, berlari dan terdiam, kerap kali kita selalu melupakannya sehingga tidak pernah menyadari bahwa keberadaannya sungguh sangat berarti bagi semua orang.
Seperti di lecehkan juga di injak-injak namun tidak pernah sekalipun dia melakukan perlawanan dari kapan dan sampai kapanpun, semenjak semua orang menyadari bahwa dirinya telah lahir ke dunia sampai semua orang tidak lagi merasa sadar telah meninggalkan dunia. Betapapa baiknya dia yang selalu memberikan kita kehidupan dalam tangis, tertawa selalu saja menjadi pijakan bagi kita.
Mengertikah kita yang selalu melupakan dia akan kemauanya? Mampuhkah kita berkata bahwa kita dapat memperhatikannya? Sampai kelak dia tersenyaum kembali dan tetap menyuguhkan apa yang kita butuhkan. Sesungguhnya dia berharap agar kita dapat terus berperilaku adil terhadapnya, bukan halnya seperti hari ini diman kita telah banyak memperlakukan dia sebagai bahan perasan, sedangkan tidak ada sedikitpun keinginan untuk membenahinya. Pernahkah kita berpikir seandainya kita semua menjadi seseorang yang hanya dijadikan bahan perasan dan tak pernah sedikitpun kita mendapat imbalan? Bukankah itu semua hal yang sangat tidak mungkin untuk kita inginkan? Ketika hal itu menimpa diri kita, yang paling memungkinkan yang akan terjadi pada diri kita hanyalah timpul ketidak semangatan juga berontak.
Kini telah tiba saatnya bagi kita untuk mulai membuka mata dan telinga, mari kita lihat dan kita dengarkan apa yang terjadi dengan bumi kita yang selama ini telah memberikan kita kehidupan dan tempat untuk kita tinggal. Mengerti akan keinginanya merupakan harga mati, kemudian mari kita penuhi segala keinginanya dengan bersama-sama. Bukankah hal ini telah kita dengar semenjak kita kecil? Bagaimana caranya kita berterimakasih terhadap lingkungan, bagaimana caranya menjaga tempat kita berpijak.
Yakin kita pasti bias melakukanya, yangkin kita pasti mampuh. Berikanlah perlakuan yang adil terhadap bumi kita, seharusnya kita sadar bahwa bumi kita pasti menangis dan terjatuh ketika selalu kita rusak dan rusak. Ingatkah ketika Para guru sewaktu kita sekolah, beliau-beliau tidak pernah bosan-bosanya memberikan pengetahuan tentang alam, tentang bumi, dan bukankah mereka juga sering kali member tahu kita bagaimana cara memperhatikan alam dan bumi kita?
Bukan saatnya bagi kita untuk berleha-leha…! Langkahkanlah kaki kita dan gerakanlah tangan kita untuk berterimakasih terhadap bumi atau lingkungan yang selama ini membuat kita HIDUP………..!
Oleh : Akel (Ade Hasanudin)
Kompleksipitas kehidupan yang sampai saat ini masih menjadi bahan perbincangan bagi setiap orang, baik di kalangan pemikir (yang di sebut kaum intelektual) maupun di kalangan orang-orang biasa, istilah-istilah ini merupakan suatu konsekuensi bagi orang-orang pada umumnya, karen telah sangatlah populer bahwa terdapat setandarisasi untuk sesuatu itu dapat dikatakan “manusia” diukur dari tahap intensitasnya dalam berfikir. 

Orang yang kerapkali menggunakan akalnya untuk berfikir itulah yang di sebut manusia intelek (golongan manusia luarbiasa), adapun orang-orang yang kurang berfikir itulah orang yang nasibnya kurang beruntung karena telah mendapatkan julukan orang-orang biasa, entah darimana julukan itu asalnya, konon hal itu dilihat dari realitas manusia yang kondisinya berbeda dengan makhluk lain selain manusia, hewan dan tumbuhann misalnya, arugumentasi bahwa manusia itu makhluk paling sempurna disandarkan terhadap realitas yang ada, dimana manusia memiliki unsur lain yang ada di dalam dirinya.

Manusia memiliki kemampuan untuk membongkar segala ketidaktahuannya kemudian menjadi tahu, hal tersebut sering kita sebut dengan istilah berfikir, dan dapat pula disimpulkan bahwa orang-orang yang kerapkali berfikir itu mempunyai nilai lebih dibanding orang yang kurang berfikir sehingga orang yang mempunyai nilai lebih itu cukup pantas mendapat julukan kaum intelek.

Artinya sesuatu itu dapat dikatakan manusia kerena mampuh berfikir dan sesuatu yang tidak berfikir bukanlah manusia, itulah pandangan yang ada pada umumnya dan cukup dapat diterima.
Akan tetapi ada hal lain yang harus kita pertimbangkan dan mungkin hal ini akan sedikit menggelitik jalan fikiran kita, dimana pada satu sisi kita begitu mengakui bahwa tolak ukur sesuatu bias dikatakan manusia karena sesuatu itu berfikir.

Sedikit kita membahas sosok manusia yang paling populer diantara kita, dia adalah sosok yang telah mampuh membawa kita dari suasana kegelapan kepada suasana yang terang benderang, sosok yang telah berani melakukan revolusi besar-besaran, juga sosok yang menjadi contoh bagi umatnya dari muai hal yang kecil sampai hal-hal yang dianggap besar bagi kita, dan jangan lupa bahwa sosok itu merupakan orang yang pintar juga cerdas, katakanlah dia itu seorang nabi juga rasul. Dia sosok yang tidak pernah berbohong, tidak pernah berbuat dosa, tidak pernah lupa, dan juga tidak bodoh, diantaranya hal-hal itulah yang menjadikanya manusia paling sempurna (NABI), dan karena itulah orang-orang dengan senang hati mengikuti dan bercontoh kepada sosok tersebut.

Diantara ciri-ciri orang sempurna itu terdapat salah satunya menyebutkan bahwa nabi atau rasul itu tidak boduh, artinya dia adalah orang yang pintar dan mengetahui segala aspek, berbagai hal, darimana dan mau kemana, juga kapan dan sampai kapanpun dia akan mengetahui segalasesuatunya, itu semua dikarenakan dia orang yang sangat diakui kepintarannya.

Namun mari kita sedikit mengulas kondisi hari ini, dimana kita menganggap orang yang pintar adalah orang yang telah mengetahui sesuatu, dan kita semua pasti tahu kalo orang yang tahu akan sesuatu, itu disebabkan karena orang itu telah melakukan peroses berfikir, dimana orang tersebut merasa bahwa dirinya tidak tahu lalu ingin tahu, kemudian setelah berfikir orang tersebut menjadi tahu. Terus orang tersebut dapat dibilang orang pintar. 

Kemudian kita perhatikan sosok yang dijadikan contoh oleh kita semua, dia pintar, lalu apakah kepintaranya disebabkan karena dia telah berfikir? Kalau seandainya dia pintar karena dia melakukan proses berfikir berarti sebelum berfikir dia adalah orang yang tidak tahu akan sesuatu, sedangkan orang yang mengalami ketidaktahuan adalah orang yang pernah bodoh.

 Sesungguhnya hal tersebut merupakan suatu hal yang tidak akan pernah terjadi pada sosok orang sempurna yang selama ini kita jadikan contoh manusia sempurna, dan tidak ada kekurangan sama sekali, termasuk sifat bodoh pun sangatlah tidak mungkin pernah melekat pada dirinya, sederhananya mana mungkin orang yang paling sempurna mempunyai sifat bodoh.

Artinya hasil dari pembahasan tentang manusia sempurna ini adalah, bahwa kepintaranya bukanlah didapat kerena dia berfikir, akan tetapi dia pintar karena sudah seharusnya sebagai orang yang paling sempurna, kerena kalau dia berfikir berarti dia pernah bodoh, dan orang yang pernah bodoh itu orang yang mempunyai kekurangan, dan ketika seseorang mempunyai kekurangan itu bukanlah orang yang paling sempurna, dan sangatlah tidak dapat diterima oleh akal ketika ada orang yang tidak sempurna kemudian dijadikan contoh oleh kita semua.

Kembali kepada pembahasan dari awal, bahwa sesutau itu dikatakan manusia karena dia berfikir, hal ini sangat terlihat perbedaannya dngan setelah kita membahas sosok orang yang paling sempuran dimana dia tidak pernah berfikir. Jadi anggapan bahwa manusia itu makhluk yang berfikit terbantahkan dengan sendirinya setelah kita memperhatikan dari sifat-sifat sosok orang yang paling sempurna.

Maka kesimpulanya ketika sesuatu (orang) itu berusaha menjadikan dirainya semakin mirip dengan sosok manusia paling sempurna (nabi/rasul) dari mulai hal kecil dan hal yang paling dianggap besar, itulah sesuatu yang pantas dikatakan manusia.

Oleh : Akel (Ade Hasanudin)

Terpaksa membuktikan sisi kemanusiaan dimana terdapat unsur wahmi, dan mengakui bahwa kepedihan pernah datang, bahwa kebahagiaan pernah menjumpai, bahwa malu pun pernah singgah.ada rasa dimana semua orang berharap akan itu, yaitu kebahagiaan. Benarkah hal itu menimpa seseorang yang telah sengaja menulis ini? berharap itu benar-benar terjadi dan se-sering mungkin itu datang.

Potret yang pernah terlihat di dunia maya dan menggambarkan kekuasaan yang maha indah membuat seseorang ketika sadar dia menyadari bahwa dirinya merasakan tekanan yang melahirkan kekeguman, dalam waktu dekat setelah melihat potret tersebut dia beranggapan itu hanyalah vatamorgana yang kebenaranya belum jelas sama sekali.

Namun tanpa prustasi prosespun tersus dilakukan hingga akhirnya terjalin kegiatan komunikasi dan itu menyebabkan adanya intensitas kontak fikiran, perasaan, juga informasi dengan media yang hari ini tengah gencar digunakan semua orang.

Harapan demi harapan terus hadir di dalam setiap helaan nafas disertai ketakutan akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ketika proses tersebut terus dilakukan. Namun demikian tidak mengurangi rasa oftimis.

Kebahagiaan seseorang tersebut mudah-mudahan berubah menjadi suatu kebahagian yang lebih dari sebelumnya...,dan mengenai seseorang yang awalnya terlihat hanya sebagai potret, berharap itu akan lebih sempurna lahir batin dari yang tampak di dalam potret.

Oleh : Akel (Ade Hasanudin)

Keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu, dan pada dasarnya semua orang pasti memiliki keterampilan masing-masing, hanya permasalahannya bagi sebagian orang belum mampu mengaktualkan potensi yang ada pada dirinya mengenai keterampilan tersebut. Harus menjadi catatan bahwa untuk meng-aktualkan setiap potensi yang ada memerlukan kemampuan seseorang dalam mengolahnya dengan bentuk melatih diri, juga kesungguh-sungguhan untuk mencapainya.
Banyak orang yang sudah terlihat akan keterampilanya namun meraka belum mampu menjadikan potensinya untuk dijadikan sesuatu yang berarti. layaknya manusia yang tidak pernah bisa lepas dari istilah makhluk sosial juga makhluk yang terbatas atas segala sesuatnya pastilah memerlukan materi sebagai kebutuhan pisiknya, dalam hal ini tidak ada salahnya ketika berbicara keterampilah hari ini perlu yang namanya managerial diri sehingga setiap apa yang telah ataupun yang akan dilakukan itu akan bermanfaat ataupun mendatangkan apa yang menjadi kebutuhan semua orang seperti Pinansial (materi).
Dalam ranah taktis biasanya orang sering mengeluh tentang bagaimana pinansial tersebut selalu datang dan setiap kebutuhannya selalu terpenuhi, walaupun pada akhirnya karena kebutuhan tersebut harus segera di penuhi orang akan menyegerakan juga untuk melakukan apapun demi kebutuhannya. Sayangnya setiap perlakuan tanpa diimbangi dengan ide (konsep) itu akan menghasilkan efek yang kurang maksimal.
Berbeda halnya dengan kondisi seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah sosok pemikir (intelek) mereka bekerja selalu diawali dengan konsep-konsep sehingga kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sudah tergambar mendekati sempurna, istilah kegagalan itu akan tetap dijadikan motivasi. berangkat dari itu alangkah hinanya ketika seseorang yang mengaku bahwa dirinya benar-benar manusia intelek akan tetapi karena disisi lain mereka tidak pernah mampu untuk berfikir bagaimana masadepannya.
Hukum alam akan tetap terjadi dan akan tetap bersifat alamiah, ketika seseorang berusaha menjadikan dirinya agar menjadi seseorang yang mampuh menghasilkan ide-ide juga gagasan dengan kesungguhannya itu akan tetap bertemu dengan orang-orang yang sama sepertihalnya dirinya dimana orang tersebut akan selalu berfikir keras.
Mudah-mudahan hal itu terjadi terhadap sekelompok anak muda (mahasiswa) yang membentuk sebuah komitmen tentang masadepannya harus menjadi orang yang sukses dunia akhirat bersama-sama. dengan intensitasnya pertemuan komitmen tersebut berkembang menjadi sebuah perusahaan yang dinamakan RUTI (Rumah TInta), perusahaan ini bergerak dibidang jasa, jenisnya sesuai dengan setiap keahlian ( keterampilan di masing-masing direkturnya).
Maka dari itu yang selalu diharapkan oleh sekelompok pemikir adalah doa dari siapapun....,
perlu diketahui, mereka sesungguhnya berharap banyak terhadap perusahaan tersebut yang nantinya menjadi perusahan besar juga bermanfaat bagi seluruh umat...!!!
Oleh : Akel (Ade Hasanudin)
Pukul 06:00 Fikomers berangkat dari kampusnya menuju Ibu kota untuk berkunjung ketempat yang sudah direncanakan, seperti Studio TV RCTI, Taman Mini, dan yang lainya yang tidak bisa diungkapkan karena lupa. Disepanjang jalan teriakan gembira keluar dari lubang mulut setiap penumpang bis yang menikmati perjalanan, semakin keras teriakan itu semakin gembira pula perasaan ini. kemesraan yang terjalin diantara mereka mengakibatkan betapa berharapnya suasana tersebut selalu tetap terjalin
Sementara itu tiga dosen cantik dengan keikhlasannya mengasuh para Mahasiswa, demi kelangsungan pengetahun mahasiswanya mereka mampu berperan seperti orang tua yang sedang mengajak anak-anaknya untuk bermain ketempat yang disukai oleh anaknya dan membimbing penuh semangat tanpa mengenal lelah.
Oleh : Akel (Ade Hasanudin)
Terkadang kita lengah dengan sebenarnya apa yang telah kita perbuat diwaktu lalu, kita tuli terhadap mereka yang berterik kencang, kita bodoh sehingga tidak mampuh menjawab serta menjelaskan terhadap mereka yang membutuhkan penjelasan kita, kita buta terhadap mereka yang berharap perhatian dari kita. semoga dengan berputarnya bumi dalam porosnya dan itu menandakan bahwa waktu terus berjalan, itu menjadi pertanda bagi kita agar sadar bawa itu adalah pengingat bagi kita.

Mungkinkah kita mampuh meluruskan arah berjalannya langkah kita? semoga saja dengan adanya mereka yang sanggup mengingatkan, kita merasa yakin dan mampu untuk meluruskan hal tersebut.

jangan sia-siakan keringat kita yang selama ini telah becucuran menetes ke bumi yang tidak pernah menginginkan tetesan keringat bekas langkah yang salah. jejatinya bumi akan tersenyum ketika semua orang meneteskan keringatnya untuk perbaikan arah mereka.

perdulikah kita akan kekecewaan kedua sosok yang telah berharap banyak terhadap kita?
akankah kita membuktikan bahwa kita bisa membuat mereka tersenyam kerena kita?

biarlah waktu terus berlalu, bukti bahwa waktu tidak bisa di bendung untuk terus berproses dengan adaya keramaian dunia atas pergantian tahun ini.

sudah waktunya kita rubah segala sesuatunya agar lebih baik. 

Oleh : Akel (Ade Hasanudin)

Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah merupakan bentuk keperdulian dari masyarakat terhadap daerah atau wilayahnya, kesadaran masyarakat akan kemajuan daerah atau wilayah yang mereka tempati telah dibuktikan dengan mengikuti alur sistem yang telah dibuat di suatu daerah atau wilayahnya, mayarakat mencoba mengikuti proses demokrasi yang melibatkan masyarakat secara langsung seperti halnya Pemilihan Umum dimana dengan diselenggarakanya kegiatan tersebut diharapkan ada sosok yang mampu berperan sebagai pemimpin, sehingga ada orang yang pantas dianggap pandai dalam menangani kemelut dan permasalahan di daerahnya. Dengan demikian tidak ada lagi keluhan dari masyarakat tentang kegalauan juga kegelisahan tentang kesejahteraan dirinya, artinya segala kebutuan setiap masyarakat semuanya tercukupi.
Sikap masyarakat dengan mengikutinya sistem tersebut, sudah sepantasnya masyarakat dianggap telah mempercayai terhadap pemerintah atau Pmpinan pilihanya dalam mengkordinir setiap permasalahan yang ada sehingga terselesaikanya masalah tersebut. Berangkat dari itu seharusnya tidak ada lagi alasan bagi pemerintah untuk tidak bisa berbuat adil terhadap masyarakatnya, tidak ada lagi alasan kenapa pemerintah harus memarjinalkan sebagian masyarakatnya.
Salah satu perilaku pemerintah yang sangat tidak disenangi oleh masyarakatnya adalah dengan memerjinalkan sebagian masyarakatnya, Hal ini yang saat ini dirasakan sebagian masyarakat kabupaten Subang, masyarakat subang bagian utara seolah-olah telah dianak tirikan dengan kebijakan yang ada. Dari segi pendidikan masyarakat subang bagian utara tidak pernah mendapatkan pendistribusian tenaga pengajar yang mencukupi, dari segi Inprastruktur masyarakat subang utara tidak perna merasakan nikmatnya berjalan dengan lancar di jalan yang katanya jalan itu adalah jalan yang berada di kabupaten Subang.
Kasus tersebut sudah sepatutnya dipahami oleh setiap masyarakat kabupaten Subang, pemerintah sudah tidak bisa berbuat adil terhadap masyarakat Subang bagian utara.
Mungkinkah permasalahan itu dapat terselesaikan? Seharusnya mungkin, akan tetapi ketika melihat kebelakang bahwa bukan berarti masyarakat yang merasa termarjinalkan tinggal diam saja, sudah beberapa kali mereka mencoba mengaspirasikan keluhanya terhadap Pemerintah Kabupaten Subang, namun sampai saat ini aspirasi tersebut tidak perna dijadikan bahan pertimbangan.
Hal lain yang paling mungkin dilakukan untuk mensejahterakan masyarkat subang utara yaitu dengan memisahkan diri untuk lebih baik. Bahasa yang saat ini sedang digunakan yaitu bahasa PEMEKARAN……
Oleh : Akel (Ade Hasanudin)
Asik juga nyoba ngelakuin diskusi di lingkungan warung kepunyaan bersama, selain ada yang nemenin jaga warung kami semua punya kesempatan buat ngulang ingatan tentang Sistem Kenegaraan, permasalahan demi permasalahan terus kami bedah dalam forum tersebut.

Awalnya kami termotivasi karena melihat kondisi mahasiswa yang ada di Subang khususnya Mahasiswa Universitas Subang (UNSUB) yang selama ini menjadi kebanggan dan harapan masyarakat Subang, tapi disisi lain kalau kita cermati dengan sungguh-sungguh betapa ngerinya ketika mereka yang menjadi harapan banyak orang mereka sendiri malah tidak pernah menyadari bahwa sebenarnya diri merekalah yang selama ini menjadi tumpuan harapan semua orang saat ini maupun masadepan.

Tarasa nyaman ternyata bagi kebanyakan Mahasiswa dalam aktifitasnya hanya melakukan ritual-ritual yang klasik dan tidak mencerminkan kemahasiswaannya, mulai dari berangkat kuliah lalu bertemu dosen itupun kalau misalkan dosesnya nampak, mereka berduduk manis menatap wajah para dosen yang cantik-cantik (dosen perempuan) juga tampan-tampan (dosen laki-laki), tidak lama dari itu waktu pulangpun tiba, coba bayangkan kira-kira apa yang mereka rencanakan ketika waktu perkuliahan telah habis? Biasanya mereka merencanakan buat jalan-jalan atu main ketempat yang membat mereka nyaman untuk melakukan hal-hal yang tidak layak dilakukan oleh seorang mahasiswa. Kira-kira seperti itu lah kegiatan kebanyakan dari mereka yang ngaku mahasiswa, dengan mudahnya menghilangkan sebagian budaya, tugas dan perannya sebagai mahasiswa.

Mahasiswa sebagai kontrol Sosial, Mahasiswa dengan Diskusinya, Mahasiswa dengan Kekeritisanya, nampaknya kesemuanya itu telah menipis, sedangkan diluar sana orang-orang berharap para mahasiswa ini mampu untuk melakukan suatu kegiatan (pergerakan) dimana kegiatan tersebut murni berangkat dari kekeritisan juga kepeduliannya terhadap masadepan seluruhnya. Sepertinya tidak pantas seseorang itu dikatakan telah peduli terhadap sesuatu padahal dia tidak pernah memikirkan sesuatu itu?

Berfikir tentang sesuatu yang menyangkut seluruhnyapun tidak pernah, apalagi untuk melakukan Diskisi, kayanya terlalu kejauhan deh…! Dan inilah yang sesungguhnya telah membuat kecewa semua orang terhadap Mahasiswa, tidak pernah mempunyai rasa kepedulian terhadap pengetahuanya, terhadap lingkunyanya, terhadap bangsanya, maupun terhadap kampusnya.

Karena itulah kami mau mencoba untuk membudayakan aroma mahasiswa yang katanya ketika diskusi, ketika mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkunyanya itulah mahasiswa yang SEJATI….

Oleh : Akel (Ade Hasanudin)