Tentang Kita
Sabtu, Januari 29, 2011 | Diposting oleh
akel |
Edit Entri
Kompleksipitas kehidupan yang sampai saat ini
masih menjadi bahan perbincangan bagi setiap orang, baik di kalangan pemikir (yang di sebut kaum intelektual) maupun
di kalangan orang-orang biasa, istilah-istilah ini merupakan suatu konsekuensi
bagi orang-orang pada umumnya, karen telah sangatlah populer bahwa terdapat
setandarisasi untuk sesuatu itu dapat dikatakan “manusia” diukur dari tahap
intensitasnya dalam berfikir.
Orang yang kerapkali menggunakan akalnya untuk
berfikir itulah yang di sebut manusia intelek (golongan manusia luarbiasa), adapun orang-orang yang kurang
berfikir itulah orang yang nasibnya kurang beruntung karena telah mendapatkan
julukan orang-orang biasa, entah darimana julukan itu asalnya, konon hal itu
dilihat dari realitas manusia yang kondisinya berbeda dengan makhluk lain
selain manusia, hewan dan tumbuhann misalnya, arugumentasi bahwa manusia itu
makhluk paling sempurna disandarkan terhadap realitas yang ada, dimana manusia
memiliki unsur lain yang ada di dalam dirinya.
Manusia memiliki kemampuan untuk membongkar segala
ketidaktahuannya kemudian menjadi tahu, hal tersebut sering kita sebut dengan
istilah berfikir, dan dapat pula disimpulkan bahwa orang-orang yang kerapkali
berfikir itu mempunyai nilai lebih dibanding orang yang kurang berfikir
sehingga orang yang mempunyai nilai lebih itu cukup pantas mendapat julukan
kaum intelek.
Artinya sesuatu itu dapat dikatakan manusia kerena
mampuh berfikir dan sesuatu yang tidak berfikir bukanlah manusia, itulah
pandangan yang ada pada umumnya dan cukup dapat diterima.
Akan tetapi ada hal lain yang harus kita
pertimbangkan dan mungkin hal ini akan sedikit menggelitik jalan fikiran kita,
dimana pada satu sisi kita begitu mengakui bahwa tolak ukur sesuatu bias dikatakan
manusia karena sesuatu itu berfikir.
Sedikit kita membahas sosok manusia yang paling
populer diantara kita, dia adalah sosok yang telah mampuh membawa kita dari
suasana kegelapan kepada suasana yang terang benderang, sosok yang telah berani
melakukan revolusi besar-besaran, juga sosok yang menjadi contoh bagi umatnya
dari muai hal yang kecil sampai hal-hal yang dianggap besar bagi kita, dan
jangan lupa bahwa sosok itu merupakan orang yang pintar juga cerdas, katakanlah
dia itu seorang nabi juga rasul. Dia sosok yang tidak pernah berbohong, tidak
pernah berbuat dosa, tidak pernah lupa, dan juga tidak bodoh, diantaranya
hal-hal itulah yang menjadikanya manusia paling sempurna (NABI), dan karena
itulah orang-orang dengan senang hati mengikuti dan bercontoh kepada sosok
tersebut.
Diantara ciri-ciri orang sempurna itu terdapat
salah satunya
menyebutkan bahwa nabi atau rasul itu
tidak boduh, artinya dia adalah orang yang pintar dan mengetahui segala
aspek, berbagai hal, darimana dan mau kemana, juga kapan dan sampai kapanpun
dia akan mengetahui segalasesuatunya, itu semua dikarenakan dia orang yang
sangat diakui kepintarannya.
Namun mari kita sedikit mengulas kondisi hari ini,
dimana kita menganggap orang yang pintar adalah orang yang telah mengetahui
sesuatu, dan kita semua pasti tahu kalo orang yang tahu akan sesuatu, itu
disebabkan karena orang itu telah melakukan peroses berfikir, dimana orang
tersebut merasa bahwa dirinya tidak tahu lalu ingin tahu, kemudian setelah
berfikir orang tersebut menjadi tahu. Terus orang tersebut dapat dibilang orang
pintar.
Kemudian kita perhatikan sosok yang dijadikan
contoh oleh kita semua, dia pintar, lalu apakah kepintaranya disebabkan karena dia telah berfikir? Kalau seandainya
dia pintar karena dia melakukan proses berfikir berarti sebelum berfikir dia
adalah orang yang tidak tahu akan sesuatu, sedangkan orang yang mengalami
ketidaktahuan adalah orang yang pernah bodoh.
Sesungguhnya hal tersebut merupakan suatu hal
yang tidak akan pernah terjadi pada sosok orang sempurna yang selama ini kita
jadikan contoh manusia sempurna, dan tidak ada kekurangan sama sekali, termasuk
sifat bodoh pun sangatlah tidak mungkin pernah melekat pada dirinya,
sederhananya mana mungkin orang yang paling sempurna mempunyai sifat bodoh.
Artinya hasil dari pembahasan tentang manusia
sempurna ini adalah, bahwa kepintaranya bukanlah didapat kerena dia berfikir,
akan tetapi dia pintar karena sudah seharusnya sebagai orang yang paling
sempurna, kerena kalau dia berfikir berarti dia pernah bodoh, dan orang
yang pernah bodoh itu orang yang mempunyai kekurangan, dan ketika seseorang
mempunyai kekurangan itu bukanlah orang yang paling sempurna, dan sangatlah
tidak dapat diterima oleh akal ketika ada orang yang tidak sempurna kemudian
dijadikan contoh oleh kita semua.
Kembali kepada pembahasan dari awal, bahwa sesutau itu dikatakan manusia karena dia
berfikir, hal ini sangat terlihat perbedaannya dngan setelah kita membahas
sosok orang yang paling sempuran dimana dia tidak pernah berfikir. Jadi
anggapan bahwa manusia itu makhluk yang berfikit terbantahkan dengan sendirinya
setelah kita memperhatikan dari sifat-sifat sosok orang yang paling sempurna.
Maka kesimpulanya ketika sesuatu (orang)
itu berusaha menjadikan dirainya semakin mirip dengan sosok manusia paling
sempurna (nabi/rasul) dari mulai hal kecil dan hal yang paling dianggap besar,
itulah sesuatu yang pantas dikatakan manusia.
Oleh : Akel (Ade Hasanudin)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Archive
-
►
2012
(16)
- ► 08/26 - 09/02 (1)
- ► 08/05 - 08/12 (3)
- ► 07/29 - 08/05 (4)
- ► 07/22 - 07/29 (7)
- ► 02/26 - 03/04 (1)
-
▼
2011
(31)
- ► 08/14 - 08/21 (1)
- ► 04/24 - 05/01 (3)
- ► 04/17 - 04/24 (1)
- ► 03/27 - 04/03 (1)
- ► 03/06 - 03/13 (1)
- ► 02/20 - 02/27 (2)
- ► 02/13 - 02/20 (1)
- ► 02/06 - 02/13 (3)
- ► 01/30 - 02/06 (8)
About Me
- akel
- Subang, Jawabarat, Indonesia
- Saya terlahir untuk bisa membahagiakan mereka yang menyayangi saya.
0 komentar:
Posting Komentar