Tanggal 1 Agustus 2012 dengan tidak sengaja saya melihat “Pentium”(seorang demonstran, dia teman saya, itu nama akrabnya) sedang membaca-baca salah satu portal berita lokal Subang. Dia bilang bahwa Ojang Sohandi (Wakil Bupati Eep Hidayat) pernah BERJANJI bahwa dia tidak akan melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat jika Mahkamah Agung (MA) tidak mencabut keputusannya tentang Eep Hidayat (Mantan Bupati Kab. Subang) dinyatakan bersalah.

“saya Ojang Sohandi selaku Wakil Bupati Subang yang berpasangan dengan mang Eep Hidayat, tanpa tekanan dari manapun,

Hari ini akan pergi, reduplah saat ini, mega semangat menyambut gelap.

Nampak berbeda dengan tuan hati ini, semakin riang menanti bintang, sinarnya menuntun laju senyum.

Alam melindungi hamba, tak akan tersesat menuju wajah mesranya.
Semakin dekat, semakin menari rasa ini.

Aduhai…!!!

Hamba tak tahan dengan rindu ini, tiba dan lekas hantam aku dengan ombak kasihmu.

Sayap yang sia-sia, tak mampu membuat hamba terbang.
Cahaya bintang itu sebabkan hamba dan sayap ini terbang melayang bebas melihat indah wajahmu.

Tanpa gelisah, tanpa curiga
Denganmu aku tersenyum nyata.


-Akel (ade hasanudin)-





Saat aku terbangun dari tidurku, saat itupun mulai berfikir bahwa beberapa hari ini aku sedikit melankoli. Pengalaman hari kemarin keadaannya memaksa aku harus sadar bahwa ternyata ketika suasana hatiku gelisah tidak karuan, sikap ini tidak menunjukan suasana hati yang sebenarnya.

Mereka menylahkan sikapku yang kurang baik buat kelangsungan suasana ini, tidak terlewatkan pula saran mereka, seharusnya marah saja biar semua tau aku ini sedang sakit. Dan sayangnya aku tidak begitu, tetap terlihat sepeerti biasanya sambil berharap orang akan faham situasi ini.

Obrolan-obrolan ringan yang biasa setiap saat kami senang untuk membicarakannya, tetapi tidak untuk waktu itu waktu dimana aku harus mengakui bahwa aku tidak tertarik dengn tema itu.

Bahkan tempat itu terasa asing seakan bukan lagi tempat untuk merebahkan seluruh tubuh ini disaat aku hendak beristirahat. Ketenangan dan kehangatan yang pernah aku alami , semoga suatu saat nanti entah esok atau lusa dapat kuraih kembali.

Pertikaian ini begitu sengit, berulangkali aku mencoba menenangkan dan berusaha mencari solusi agar aku dapat mengambil kesimpulan yang baik untuk nanti ketika bersikap serta mengambil sebuah keputusan. "Duniawi tengah mengguncang diri SESEORANG".

Itu bukan peristiwa yang haya terjadi saat ini, tapi aku harus bias menghentikan dan merubahnya agar esok dan seterusnya tidak ada lagi perdebatan yang terjadi di halaman fikiran ini.

Aku punya bidadari, dia adalah sebuah wadah untuk menampung tetesan air mata ini. Sesungguhnya aku tidak meminta lebih darinya, hanya saja ada sebuah harapan sederhana semoga dia bersedia untuk menampung dan mampu meredakan tetesan ini.

(for my family, I'm sorry)

-akel (ade hasanudin)-