Dilihat dari segi kondisi sepertinya dia sudah tidak layak untuk diandalkan sebagai partner atau teman berjuang dalam menggapai sesuatu yang telah menjadi tujuan hidup.

Postur tubuh sudah tidak mecerminkan keperkasaan, suara yang keluar dari dirinya telah berubah sehingga tak terdengar merdu semerdu kala pertama mengenalinya, lusuh terlihat pancaran warnanya sudah tidak bersinar seperti waktu itu, terkadang kehadiranya menjadi penyebab atas hilangnya motivasi dan semangt yang telah tumbuh.

Tetapi bukankah itu terlalu tidak adil kalau terhadapnya hanya melihat kekurangan (penyebab patahnya semangat), tanpa memandang apa yang pernah dilakukan bersamanya ketika proses perjuangan sebelum hari ini dilakukan, sepantasnya sisi lain yang dilihat adalah hasil-hasil perjuangan yang telah didapat bersamanya. Begitu tulus terlihat pengabdiannya, terlalu mudah dia untuk dikendalikan, itulah bukti bahwa dia mampuh menemani pada saat proses perjuangan berlangsung.
Hal ini mungkin terjadi dengan sosok Pentium (Ahmad Ground) terhadap kendaraan yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya. motor hitam dengan tubuh kering kerontang, suara yang sering mengganggu pendengaran orang (berisik), tidak perkasa layaknya Sepeda Motor orang lain. Namun nilai historis yang telah dia miliki itu menjadi sesuatu hal yang lebih dan tidak akan pernah dimiliki oleh Sepeda Motor lain yang hanya terlihat perkasa sajah.

Memang terlalu naif untuk dibicarakan, namun apa salahnya ketika semua orang harus paham dan mengetahui betapa pahit ketirnya proses reorang User sejati bersama Sepeda Motornya dalam memperjuangkan kepentingan Rakyat.

Perjuangan dia untuk menjadi seorang aktifis yang senyatanya, itulah satu sisi yang patut dilihat, betapa besar keinginanya membuat rakyat agar merasa nyaman dalam mengikuti sistem kenegaraan yang telah nampak dan membingungkan.

Sungguh tidak pantas ketika semua orang memandang sebelah mata tentang Ahmad dan Sepeda Motornya....
Pesan untuk Pentium ;

"Jangan kau bilang kalau Sepeda Motor kau tak pantas dijadikan teman dalam berjuang...!"

Oleh : Akel (Ade Hasanudin)

Hahay…!!!

Ternyata….!!! Fikom UNSUB memiliki tiga sosok wanita seru juga asik untuk dilihat atau di pegang..,ups…! Kira-kira mau gak ya mereka dipegang? Atau… ini hanya perkiraan saja kalo mereka enak dipegang? Kayanya begitu…, gak apa la…h… sulit dipegang juga yang penting dari masing-masing mereka mampu menjadi teman yang selalu membuat onar tapi seru bagi kebersamaan fikom.

Bagi kalian yang belum kenal mereka segerakan lah untuk mengenalinya karena kalo seumur hidup kalian gak kenal dengan mereka dijamian kalian gak akan pernah ngerasain bahwa kalian itu mengenali mereka...,haha ya iya lah...!

Tapi beneran loh, kalian harus nyobain mereka, wah... kaya apa aja dicobain,,,, maksudnya coba deketin mereka lalu kenali. pasti kalian ngerasain suasana yang beda dari suasana yang lain..., kalo deket sama mereka cenderung suasana hati akan selalu gembira, katanya gitu.....,

Gak ada salahnya ko buat nyoba.., silakan caoba ya.. mereka gak akan gigit ko...

Nah...., sebelum kalian deketin mereka, di tulisan ini kalian akan tau sedikit tentang mereka. biasa buat bahan atau referensi agar nanti kalian punya pegangan untuk basa-basi ketika ngelakuin obrolan perdana dengan mereka. Memang bukan info yang aktual tapi kayanya mungkin saja catatan ini ada benarnya..!

Masing-masing dari mereka bernama Wiwin, Duwi dan Rita. ketiga mahasiswa itu mempunyai kebiasaan jalan-jalan dan karokean, ya...walaupun masih banyak temannya yang laen mempunyai kebiasaan yang sama....

Sekedar Gosip.......!
Dari ketiga wanita itu ternyata memiliki cita-cita yang sama. Sungguh Cita-cita yang agung nan mulia.......
Berawal dari rasa keperdulian mereka terhadap budaya sunda mereka berfikir kalo udah gede mereka ingin menjadi Sinden yang terkenal..

Untuk sementara rupanya gelagat cita-cita mereka akan terwujud, coba kalian lihat foto yang ada...

BUKANKAH DARI PORMASI ATAU CARA MEREKA DUDUK SUDAH MENCERMINKAN KALO MEREKA ITU SEORANG SINDEN......?

hahaha...., sekedar guyon....

Oleh : Akel (Ade Hasanudin)


Bangsaku oh bangsaku, bangsaku oh negriku, bangsaku oh tanah airku, bangsaku adalah Indonesiaku, masih pantaskah kau kubanggakan, masih pantaskah kau kuagungkan, masih pantaskah kau kujaga dan kubela, haruskah ku pertahankan kau saat ini? Mungkinkah segenap masyarakat yang lemah masih tetap perduli terhadap tanah air ini?

Benar bangsa ini aman menurut masyarakat apatis, namun lain opini bagi mereka yang terus mengikuti perkembangan kaum borjuis (penguasa), begitu nampak terlihat perilaku mereka yang hanya mewujudkan kejenuhan.

Tak ubahnya sinetron yang penuh dengan sekenario, adegan ataupun peristiwanya kerap seru walaupun jauh dari istilah rasional. Sempat terfikir bahwa segala sesuatu yang terjadi di singgah sana merupakan bentuk uforia saling sikut antara satu sama lain tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan, fenomena hari ini semakin sulit untuk ditelaah bagi kita yang kurang paham dengan gaya mereka dalam mengimplimentasikan segala keinginan dan niat yang entah itu baik atau buruk.

Ucapan terimakasih kita terhadap mereka merupakan kalimat sempurna untuk kita sampaikan kepada mereka yang sedang melakukan sandiwara besar sementara kita selalu menjadi penonton kecil yang kurang perhatian. Sesungguhnya mereka telah mendidik kita dengan cara mereka sendiri dalam memperlakukan Negeri ini, Negara yang hanya dijadikan bahan percobaan untuk menguji kemampuan berperangnya dengan sesama.

Berterimakasihlah kepada mereka karena telah membuat kita kaya akan ide-ide untuk merumuskan perubahan, berterimakasihlah terhadap mereka yang telah memberikan kesempatan terhadap kita untuk lebih keritis dalam menyikapi segala kebijakanya.

Tidak tahu diri rupanya mereka itu, disaat kondisi bangsa sedang ketar-ketir malah asik bermain catur dengan fikiran saling menjatuhkan.

Teruslah berfikir keritis, teruslah budayakan diskusi, teruslah membangun hubungan baik dengan semua kalangan. Mudah-mudahan dengan cara itu kita dapat membangun bangsa ini yang saat ini terlihat carut marut

.

Oleh : Akel (Ade Hasanudin)